Ordo Testudinata
Anggota ordo ini
merupakan kelompok hewan yang dapat dengan mudah dikenali di antara hewan-hewan
yang lain, yaitu dengan adanya cangkang yang menutupi tubuhnya. Cangkang ini
tersusun dari sisik dermal yang mengalami osifikasi yang merupakan gabungan
tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian dari gelang bahu. Tulang
belakangnya, kecuali bagian cervic
dan bagian ekor, berfusi keseluruhan dengan cangkang, tak ada gerakan yang
dapat terjadi pada skeleton axial
tubuh. Tulang rusuk berfusi dengan bagian lateral dari karapaks. Dikarenakan
struktur yang seperti itu, anggota Testudinata tidak mungkin dapat melakukan
pernapasan dengan mengembangkan dan mengkontraksikan rongga dada (Pough et al., 1998).
Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu
karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral yang disatukan
pada bagian samping oleh bridge.
Cangkang ini terdiri dari elemen bertulang yang ditutupi oleh scutes terkeratinisasi pada bagian
luarnya. Keseluruhan bentuk cangkang sangat bervariasi, untuk Testudinata terestrial
biasanya cangkang sangat menggembung sedangkan pada Testudinata akuatik
memiliki cangkang yang cenderung lebih datar (Pough et al., 1998).
Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat
hidupnya. Untuk anggota Ordo Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya
termodifikasi menjadi bentuk seperti dayung untuk memudahkan hewan tersebut berenang.
Sedangkan untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi
menjadi bentuk seperti tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat
semiakuatik, terdapat selaput renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang
hidup di air tawar, jari-jarinya dilengkapi dengan cakar yang pada jantan,
cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara lain sebagai alat untuk
berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi (Zug, 1993).
Reproduksi anggota Ordo Testudinata terjadi secara
ovipar dengan pembuahan secara internal. Telur yang dihasilkan disimpan dalam
tanah, pasir atau serasah dengan suhu yang relatif konstan. Pada penyu,
biasanya dalam periode tertentu mereka akan mendarat di pantai untuk meletakkan
telur-telurnya. Anggota ordo ini tidak mempunyai gigi (giginya mereduksi) dan
diganti dengan semacam modifikasi pada rahang (keratinasi) menjadi bentuk
seperti paruh.
Ordo Testudinata (Chelonia)
dibagi menjadi 2 subordo berdasarkan kemampuan menarik kepala ke dalam cangkang
yaitu Cryptodira dan Pleurodira.
Subordo Pleurodira
Subordo Pleurodira terdiri atas tiga familia kura-kura
air tawar. Pada familia Chelidae, spesiesnya memiliki leher yang sangat panjang
dan berukuran kecil. Chelidae adalah satu-satunya freshwater turtle di daerah
Australia dan New Guinea. Kebanyakan Chelidae memiliki ukuran menengah dengan
panjang cangkang kurang dari 25 cm kecuali (Chelus
fimbriatus) yang panjang cangkangnya bisa mencapai 45 cm. familia yang
lain, yaitu Pelomedusidae dapat ditemukan di Amerika Selatan, Afrika dan
Madagaskar. Sebagian besar Pelomedusidae memiliki ukuran dan bentuk yang hampir
sama dengan Chelidae, tetapi ada sebagian kecil anggotanya yang memiliki ukuran
panjang karapaks 40-105 cm (Zug, 1993).
Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak
dapat ditarik ke dalam tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan
berwarna gelap, memiliki 13 sisik plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya
bersatu dengan tempurung/cangkang. Merupakan hewan karnivora, pemakan siput,
kura-kura, dan Amphibia (Zug, 1993). Familia yang dapat ditemukan di Indonesia
adalah Familia Chelidae.
Familia Chelidae
Familia ini dapat dikenali dari
lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya
mempunyai keping intergular. Familia ini dianggap lebih primitif daripada
kura–kura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai. Diperkirakan nenek
moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu, berdasarkan fosil–fosil
dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura.
Genus Chelodina dikenali dari kaki
depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak berhubungan dengan tepi
perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi menjadi dua, yakni kura–kura dengan leher panjang dan kepala yang
juga relatif panjang dan kelompok yang kedua adalah kura–kura dengan panjang
leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar (Iskandar, 2000).
Subordo Cryptodira
Cryptodira
memiliki diversitas yang jauh lebih besar daripada Pleurodira. Kira-kira
ada 9 familia dan lebih dari 40 genera yang telah diketahui. Habitatnya ada
yang terestrial (hutan basah sampai gurun), air tawar, air laut dan air payau
(Zug, 1993).
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi
akuatik dan ada pula yang akuatik. Karakteristik dari anggota subordo ini
adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang dan vertebra cervicalis-nya membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik
plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada sebangsa kura-kura, jumlah sisik,
keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam
mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993).
Berikut familia–familia dari subordo ini yang dapat
ditemukan di Indonesia:
Familia Geoemydidae
Fosil anggota familia ini banyak
ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih
dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku kura–kura
air tawar Amerika Selatan. Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang
berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170 mm. Genus Batagur, Callagur, Geoemyda, Malayemys,
Notochelys, Orlitia, dan Siebenrockiella
hanya mempunyai satu jenis saja. Genus
Coura memiliki lebih dari satu
jenis anggota, namun di Indonesia
hanya ada satu anggota saja dengan penyebaran yang paling luas. Marga Cyclemys dan Heosemysi di Indonesia hanya
memiliki dua anggota saja (Iskandar, 2000).
Familia Testudinidae
Familia ini memiliki banyak anggota,
yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Seychelles.
Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kura–kura purba dan
kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores,
Timor dan Sulawesi. Kura–kura Kuning di
Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutan–hutan Sumatera dan Kalimantan
merupakan kerabat kedua anggota familia di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan
Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus
yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili
oleh satu jenis saja di Indonesia,
dan Geochelone yang ditemui dalam
bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa
Tenggara. Contohnya: Geochelone giganten,
Testudo hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar, 2000).
Familia Trionychidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran
paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil
saja. Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja
yang dapat dibedakan dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang rawan
dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat
disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga
kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya
terletak pada ujung moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai
panjang satu meter, dengan berat satu kuintal. Marga Amyda, Dogania, dan Pelodiscus
hanya diwakili satu jenis saja di Indonesia, sedangkan marga Chitra, Pelochelys diwakili dua jenis saja di Indonesia (Iskandar,
2000).
Familia Cheloniidae
Familia ini dapat dibedakan dengan familia
lainnya dengan dua ciri khas yakni adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai punggung
dan juga kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu
cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan
biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia mempunyai lubang
hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan
mengambil udara untuk bernapas. Semua anggota Familia Cheloniidae hidup di laut
tropik, subtopik, terkadang ada di daerah dengan iklim temperata. Perkawinan
terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan,
hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur (Iskandar, 2000).
Familia Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari familia ini yang masih
tersisa adalah Penyu Belimbing (Dermochelys
olivacea). Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah
beriklim dingin. Ciri–cirri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu
kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh
lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini dapat
dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang
kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang
membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun
sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya
berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000).
Comments
Post a Comment