Posts

Showing posts from 2012

Intisari dan Abstrak Skripsiku

Perbandingan Struktur Anatomi cauda Bronchocela cristatella Dumeril & Bibron, 1837; Draco volans Linnaeus, 1758; dan Eutropis multifasciata Kuhl, 1820 Indonesia merupakan negara tropis yang terkenal akan kekayaan keanekaragaman jenis kadal. Kadal memiliki ciri-ciri antara lain tubuh yang ditutupi oleh sisik; memiliki empat buah tungkai, masing-masing tungkai memiliki 5 digiti; memiliki lubang telinga; bentuk tubuh bervariasi; dan dilengkapi dengan cauda yang memiliki fungsi berbeda-beda pada masing-masing spesies. Cauda pada kadal dapat berfungsi sebagai alat pertahanan diri, sebagai alat keseimbangan tubuh saat bergerak dengan cepat, untuk berpegangan pada ranting pohon dan sebagai alat bantu kemudi. Cauda dengan fungsi sebagai alat pertahanan diri dapat ditemukan pada Eutropis multifasciata sedangkan cauda sebagai alat keseimbangan tubuh terdapat pada Bronchocela cristatella. Cauda pada Draco volans berfungsi sebagai alat bantu kemudi saat melayang. Bron

Gonocephalus chamaeleontinus

Gonocephalus chamaeleontinus adalah spesies anggota dari Familia Agamidae. Common name-nya Chamaeleon Anglehead Lizard. Kata Gonocephalus berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anglehead” dan chamaeleontinus berarti “chamaeleon-like”. Jadi Gonocephalus chamaeleontinus adalah kadal yang memiliki kepala bersudut/bersegi dan meyerupai Chamaeleon (Sprackland, 2009).  A. Klasifikasi  Domain            : Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978  Kingdom          : Animalia Linnaeus, 1758  Subkingdom     : Bilateria (Hatschek, 1888) Cavalier-Smith, 1983  Branch             : Deuterostomia Grobben, 1908  Infrakingdom   : Chordonia (Haeckel, 1874) Cavalier-Smith, 1998  Phylum            : Chordata Bateson, 1885  Subphylum      : Vertebrata Cuvier, 1812  Infraphylum     : Gnathostomata Auct.  Superclass        : Tetrapoda Goodrich, 1930  Class                : Reptilia, Sauropsida  Subclass           : Diapsida  Infraclass         : Lepidosauromorpha  Superorder       : Lepidosauria  Orde

STRUKTUR MIKROANATOMI LINGUA ULAR KOBRA (Naja sputatrix Boie 1827) DAN ULAR PUCUK (Ahaetulla prasina Boie 1827)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman ular. Ular merupakan fauna yang unik karena tidak memiliki tungkai dan juga karena adanya Organ Jacobson. Lingua pada ular berfungsi untuk menangkap partikel-partikel kimia (khemoreseptor) yang terdapat di udara untuk kemudian disalurkan pada Organ Jacobson yang terdapat pada langit-langit mulut ular untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi berbagai macam informasi. Ular yang digunakan pada penelitian ini adalah Naja sputatrix dan Ahaetulla prasina. kedua jenis ular tersebut dipilih karena mudah dijumpai, memiliki warna lingua yang berbeda, pola perilaku dalam khemoreseptor yang juga berbeda serta berasal dari familia yang berbeda. Permasalahan yang timbul adalah bagaimanakah struktur mikroanatomi lingua Naja sputatrix dan Ahaetulla prasina serta adakah perbedaan struktur mikroaanatomi pada keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikroanatomi lingua Naja sputatrix dan Ahaetulla prasina. Penel

Ordo Squamata

Squamata merupakan kelompok Reptilia terbesar dengan jumlah spesies terbanyak. Habitat anggotanya mulai dari bawah tanah hingga pepohonan, dari gurun hingga ke laut, dan dari ekuator sampai Arctic. Anggotanya biasanya tetrapoda akan tetapi pada subordo Serpentes/Ophidia dan sedikit anggota dari Lacertilia tungkainya mereduksi (Pough et al ., 1998). Secara umum memiliki ciri-ciri antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting . Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum;

Ordo Crocodylia

Ordo Crocodylia termasuk dalam Archosauria ( ruling Reptile /Reptilia penguasa). Secara morfologi, anggota dari ordo ini terlihat mirip satu sama lainnya. Keberagaman dalam ordo ini bisa dilihat terutama dari ukuran tubuh, pola sisik, warna dan morfologi tengorak. Spesies terkecil dari kelompok ini adalah Paleosuchus palpebrosus (Cuvier’s Dwarf Caiman), jantannya jarang yang melebihi ukuran 1,6 m sedangkan betinanya berukuran 1,2 m (Grzimek, 2003). Ordo ini terdiri dari 3 familia dengan 23 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Memiliki tubuh yang besar dengan tulang yang keras dari bahan tanduk ( Scutum ). Sisik punggungnya berderet transversal membentuk perisai dermal. Sisik-sisiknya bentuknya berlunas (bagian dorsal), bulat (bagian lateral), dan segi empat (bagian ventral). Tungkai belakangnya lebih panjang dan berselaput dengan 4 jari, sedangkan tungkai depan 5 jari dan tanpa selaput. Kepalanya terletak horizontal di depan tubuhnya. Terdapat mata, lubang hidung yang berbentu

Ordo Testudinata

Anggota ordo ini merupakan kelompok hewan yang dapat dengan mudah dikenali di antara hewan-hewan yang lain, yaitu dengan adanya cangkang yang menutupi tubuhnya. Cangkang ini tersusun dari sisik dermal yang mengalami osifikasi yang merupakan gabungan tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian dari gelang bahu. Tulang belakangnya, kecuali bagian cervic dan bagian ekor, berfusi keseluruhan dengan cangkang, tak ada gerakan yang dapat terjadi pada skeleton axial tubuh. Tulang rusuk berfusi dengan bagian lateral dari karapaks. Dikarenakan struktur yang seperti itu, anggota Testudinata tidak mungkin dapat melakukan pernapasan dengan mengembangkan dan mengkontraksikan rongga dada (Pough et al ., 1998 ). Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral yang disatukan pada bagian samping oleh bridge . Cangkang ini terdiri dari elemen bertulang yang ditutupi oleh scutes terkeratinisasi pada bagian luarnya. Keseluruhan bentuk

Ordo Rhynchocephalia

Sphenodon guntheri dan S. punctatus merupakan 2 spesies dari ordo ini yang masih bisa dijumpai sampai saat ini. Kenampakan 2 spesies ini seperti kadal, tubuh gempal/gemuk (19-28 cm SVL dewasa) dengan kepala yang besar dan ekor yang tebal. Mereka juga memiliki paruh palsu di rahang atas yang menggantung di atas rahang bawah, terdapat beberapa buah duri tegak di bagian tengkuk dan punggung juga terdapat hemipenis. Tak ada kelenjar lacrimal, tipe gigi acrodont dan juga tak ada hubungan postorbital-parietal (Zug, 1993).  Tuatara masih dapat ditemukan di sekitar 30 pulau dari pesisir New Zealand. Sphenodon punctatus merupakan spesies dengan jumlah paling melimpah dari ordo ini, hewan ini berbagi sarang dengan burung laut. Musim kawin dimulai pada bulan Januari akan tetapi peletakan telur ditunda hingga bulan Oktober-Desember (ada mekanisme sperm storage). Betina akan menggali sarang dan bertelur 8-15 telur. Perkembangannya lambat, berhenti ketika musim salju datang, penetasan terjadi pada