Salamander/Caudata/Urodela
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian
besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa
spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup
menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi)
paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada
Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Sangat mengherankan jika
suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan
tetapi pada family terbesar Salamander yaitu Plethodontidae memiliki
karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin
terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan
keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang
paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-paru
adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam
tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk
menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu
pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat
bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi
menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan
paru-paru mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan
lidah lebih jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam
Bolitoglossine (Pough et al., 1998).
Paedomorphosis adalah salah
satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony.
Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses
perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh
hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki
habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang
luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya.
Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic
seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa
spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa
yang terrestrial (Pough et al., 1998).
Urodela mempunyai anggota
sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika
Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk
tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk
mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di
amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di
darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal.
Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak
memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil
atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Salamander merupakan kelompok
Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang
panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda.
Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya
pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan
adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya
memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini
yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika
jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh
betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).
Comments
Post a Comment