Intisari dan Abstrak Skripsiku


Perbandingan Struktur Anatomi cauda Bronchocela cristatella Dumeril & Bibron, 1837; Draco volans Linnaeus, 1758; dan Eutropis multifasciata Kuhl, 1820

Indonesia merupakan negara tropis yang terkenal akan kekayaan keanekaragaman jenis kadal. Kadal memiliki ciri-ciri antara lain tubuh yang ditutupi oleh sisik; memiliki empat buah tungkai, masing-masing tungkai memiliki 5 digiti; memiliki lubang telinga; bentuk tubuh bervariasi; dan dilengkapi dengan cauda yang memiliki fungsi berbeda-beda pada masing-masing spesies. Cauda pada kadal dapat berfungsi sebagai alat pertahanan diri, sebagai alat keseimbangan tubuh saat bergerak dengan cepat, untuk berpegangan pada ranting pohon dan sebagai alat bantu kemudi. Cauda dengan fungsi sebagai alat pertahanan diri dapat ditemukan pada Eutropis multifasciata sedangkan cauda sebagai alat keseimbangan tubuh terdapat pada Bronchocela cristatella. Cauda pada Draco volans berfungsi sebagai alat bantu kemudi saat melayang. Bronchocela cristatella, D. volans dan E. multifasciata dipilih sebagai obyek penelitian ini karena ketiganya mudah ditemukan dan memiliki cauda dengan fungsi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi cauda pada ketiga spesies tersebut serta melihat adakah perbedaan struktur pada ketiganya. Metode preparasi yang digunakan untuk membuat preparat vertebra caudales adalah metode Alizarin Red’s Alcian Blue (ARAB) Inouye dan metode rebus, sementara pengamatan otot cauda dilakukan pada spesimen yang telah dipreparasi dalam larutan formalin 10%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sisik yang menutupi permukaan cauda ketiga spesies tersebut memiliki struktur dan bentuk yang berbeda. Bronchocela cristatella dan D. volans memiliki vertebra caudales yang tidak dilengkapi dengan struktur dataran retakan sehingga tidak memungkinkan terjadinya urotomy intravertebral. Struktur vertebra caudales pada keduanya sangat kuat di bagian pangkal, tetapi struktur vertebra caudales di bagian yang lebih posterior semakin rapuh sehingga memungkinkan terjadinya intervertebral urotomy. Vertebra caudales pada D. volans memiliki struktur processus transversus yang unik yaitu berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk processus transversus ini memungkinkan otot yang berorigo padanya untuk mengangkat cauda saat melayang. Eutropis multifasciata memiliki vertebra caudales yang dilengkapi dengan dataran retakan serta otot cauda yang tersusun segmental. Kedua struktur tersebut sangat mendukung terjadinya intravertebral urotomy. Selain itu, spesies ini memiliki kemampuan regenerasi setelah melakukan urotomy.

Kata kunci: Bronchocela cristatella, cauda, Draco volans, Eutropis multifasciata, otot cauda, sisik cauda, vertebra caudales


Comparation of the Cauda’s Anatomical Structure between Bronchocela cristatella Dumeril & Bibron, 1837; Draco volans Linnaeus, 1758; and Eutropis multifasciata Kuhl, 1820

ABSTRACT

Indonesia is a tropical country which is very well-known for it’s wealth of lizard diversity. Lizard is characterized by scales which is enclosure almost all of its outermost body surface; it has four limbs with five digits on each; a pair of ear openings; had varied body shapes; and it had cauda which is also varied on its function in each species. Lizard’s cauda had several functions such as for defense, body balancer when it moves fastly, holding the tree’s branches and also as a steering. Lizard’s cauda which had defense function could be found in Eutropis multifasciata while the cauda’s function as a body balancer could be found in Bronchocela cristatella. Draco volans’s cauda is functioned as a steering. Bronchocela cristatella, D. volans and E. multifasciata were chosen because they were easy to find and had different cauda’s function. This study was aimed to know the cauda’s anatomical structure of Bronchocela cristatella, D. volans and E. multifasciata. Preparation methods which is used in this study are Alizarin Red’s Acian Blue (ARAB) Inouye and boiling methods to preserve the vertebra caudales while the cauda’s skeletal muscle were preserved in formalin 10%. Integuments were observed directly. The results of this study showed that the scales which were enclosing the outermost part of their body surface were differed in structure and shape. Both B. cristatella and D. volans had caudal vertebra which were not completed by any fracture planes so there were no possibility for intravertebral urotomy happening. The structure of their caudal vertebra were rigid at the base of the cauda, but it’s getting flimsy from the middle into posterior part of their cauda so the caudal vertebra in this part were easily tore apart. Draco volans had a unique structure in its caudal vertebra, that is the structure of the transverse processes. The special shape of its transverse processes was allowing the muscle which was originated in this processes to raise the cauda when this flying lizard was gliding from tree to tree. Eutropis multifasciata had caudal vertebra which were completed by fracture planes and also has caudal muscle which is segmentally arranged. Both structures were supported intravertebral urotomy in this species. This species was also had a special ability to renewing its shedding tail by regenerating it.

Keywords: Bronchocela cristatella, cauda, caudal muscle, caudal scale, caudal vertebra, Draco volans, Eutropis multifasciata

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Filsafat Ilmu

Kata filsafat berasal dari salah satu kata bahasa Yunani yaitu philosophia . Secara etimologis, philosophia terbentuk dari kata philein atau philos dan sophos atau sophia . Philein berarti mencintai dan philos berarti teman sedangkan sophos berarti bijaksana dan sophia berarti kebijaksanaan. Filsafat berdasarkan asal-usul katanya dapat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana ( philein + sophos ) atau teman kebijaksanaan ( philos + sophia ). Filsafat merupakan suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta sehingga muncul sifat untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu yang ada di sekitar kita sebagai hasil dari pemikiran. Filsafat juga merupakan cara berpikir secara reflektif atau mendalam dengan penyelidikan yang hati-hati, teliti dan jelas sehingga pemikiran yang dihasilkan bersifat luas dan secara garis besar. Akibatnya, akan timbul berbagai pertanyaan filsafati yang tidak mudah dijawab oleh ilmu-ilmu lain tetapi filsafat dapat menjawab pertanyaan filsafati tersebut de
Read more

Ektoparasit pada Kucing Liar

Tulisan berikut merupakan bahasan yang ditulis pada jurnal berjudul: "Ectoparasites of Stray Cats in Bangkok Metropolitan Areas, Thailand Ektoparasit seringkali dianggap sebagai hewan yang mengganggu tetapi tidak terlalu memerlukan perhatian klinis. Meskipun begitu, infeksi yang disebabkan oleh ektoparasit sangat mempengaruhi suatu populasi, tergantung pada lingkungan sosio-ekonomiknya. Ektoparasit dikenal sebagai penyebab umum kelainan pruritik kulit dan non-pruritik kulit pada kucing, serta dapat mentransmisikan berbagai macam penyakit dan juga menyebabkan kelainan hipersensitivitas pada hewan. Ektoparasit juga menyebabkan anemia yang mengancam kehidupan hewan-hewan muda. Kelompok ektoparasit yang paling umum menginfeksi kucing adalah kutu. Infeksi kutu tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit yang ditransmisikan oleh kutu tersebut, misalnya bartonellosis (cat scratch diseases) pada hewan dan manusia. Infeksi kutu dapat dijumpai pada kucing liar, kutu terse
Read more

Tugas Kuliah: Northern Blotting

  Pendahuluan: Kenapa mengukur mRNA?  Northern blotting merupakan salah satu teknik kunci dalam biologi molekuler, tujuan utamanya adalah pengukuran messenger RNA (mRNA) yang spesifik. Northern blotting memungkinkan pengamatan kontrol seluler terhadap struktur dan fungsi dengan menentukan tingkat ekspresi gen tertentu saat diferensiasi, morfogenesis dan juga kondisi abnormal atau sakit.  Istilah Northern blot sebenarnya mengacu pada transfer kapiler RNA dari gel elektroforesis menuju membran blotting, karenanya, keseluruhan proses yang dilakukan biasa disebut dengan Northern blotting. Teknik Northern blot dikembangkan pada 1977 oleh James Alwine, David Kemp dan George Stark di Universitas Stanford. Teknik ini dinamai Northern blotting dikarenakan kemiripannya terhadap teknik blotting pertama, yaitu Southern blot (dinamai sesuai dengan penemunya, Edwin Southern). Perbedaan utamanya adalah, pada Northern blot yang dianalisa merupakan RNA.  Sebelum membahas Northern blotting secara detail
Read more