Gymnophiona/Apoda/Caecilian


     Gymnophiona terdiri dari hewan-hewan yang memiliki tubuh memanjang, tak berkaki, peliang dan juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hábitat tropis. Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk dipelajari (Pough et al., 1998).
    Nama lain dari Gymnophiona adalah Apoda. Istilah Apoda berasal dari kata ”a” berarti ”tidak” dan ”poda” yang berarti ”kaki” atau ”alat gerak”, sehingga apoda dapat diartikan tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki tympanum, extremitasnya tereduksi, memiliki mata kecil yang tertutup oleh kulit atau tulang dan paru-paru kiri biasanya tereduksi/menghilang. Gymnophiona sangat mirip sekali dengan cacing. Bedanya yaitu pada Gymnophiona memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil. Tentakel terletak di antara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang di dalam tanah lembek atau di dalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan memiliki alat kopulasi. Embrio Gymnophiona memiliki insang external. Gymnophiona tersebar di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama yang dipakai untuk identifikasi Gymnophiona antara lain: jumlah annuli, jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh (Pough et al., 1998).
     Apoda/Caecilian yang masih ada hingga sekarang cenderung tidak berkaki, Amphibia yang menyerupai ular (snake-like amphibian) yang terestrial atau akuatik dan terspesialisasi untuk menggali. Hewan ini memiliki sebuah tentakel pada tiap sisi kepala yang terletak di bawah matanya yang mereduksi. Kebanyakan ilmuan menganggap bahwa Apoda adalah Lissamphibia yang paling primitif (Pough et al., 1998).
    Dikarenakan habitatnya yang fossorial, tidak banyak yang diketahui tentang sistem reproduksi pada Caecilian serta sejarah hidupnya jika dibandingkan dengan salamander dan Anura. Semua Caecilian jantan memiliki organ kopulasi yaitu phallodeum, dan diperkirakan bahwa semua Caecilian memiliki fertilisasi internal. Lebih dari setengah spesies Caecilian bereproduksi dengan cara vivipar. Pada spesies ini, perkembangan embryo terjadi di dalam oviduct dan beberapa bentuk nutrisi maternal tersedia di sini. Lamanya waktu kehamilan pada ordo ini tidak diketahui dengan pasti, hanya beberapa jenis saja yang benar-benar diketahui lamanya kehamilan. Pada spesies yang ovipar, terjadi perkembangan langsung dari tetasan telur dan larva yang hidup bebas memasuki air untuk melengkapi perkembangannya (Zug et al., 2001).
      Pada ordo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali tereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang tereduksi atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Caecilian memiliki kemosensori organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata dan hidung (Bonine et al., 2004).
     Gymnophiona memiliki warna coklat atau biru keunguan. Tidak semua Gymnophiona memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus penuh sampai terputus-putus. Garis lateral ada yang berwarna kuning atau putih. Walaupun tubuh Gymnophiona memanjang seperti cacing tetapi ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak memiliki dentary teeth (Pough et al., 1998). Ada perbedaan antara juvenil dan dewasa. Untuk Gymnophiona juvenil masih memiliki insang external dan mulut tidak terlalu lebar. Juvenil masih memiliki ekor yang termodifikasi untuk beradaptasi di lingkungan air.

Order Gymnophiona di Jawa terdiri dari 2 family yaitu:

Family Caeciliaidae
     Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies terbesar dari Gymnophiona. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23 genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis, Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali oleh peneliti (Zug, 1993).
     Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda. Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada telinga tengah terdapat sebuah kolumela (Zug, 1993).
    Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar (Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia, Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat parental care berupa penjagaan telur (Zug, 1993).
    Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah (meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang. Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah seperti orange, kuning atau pink (Pough et al., 1998).

Family Ichthyophiidae
     Pada family ini, spesies-spesiesnya memiliki ekor yang nyata. Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm. Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang menjadi larva aquatic (Pough et al., 1998).
     Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo). Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36 spesies (Pough et al., 1998).
    Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier. Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata. Anggota family ini memiliki mata yang terlihat dari luar dan terletak di bawah kulit. Masing-masing tentakel terletak di antara mata dan nostril, umumnya letaknya lebih dekat ke mata. Pada telinga tengah terdapat kolumela. Kedua genus dari family ini betinanya bereproduksi secara ovipar. Telur diletakkan di dalam liang yang dekat dengan air, kemudian ketika telur menetas larvanya akan merangkak menuju sumber air terdekat (perkembangan tidak langsung) (Zug, 1993).

Comments

Popular posts from this blog

Filsafat Ilmu

Ektoparasit pada Kucing Liar

Tugas Kuliah: Northern Blotting