Respirasi Vertebrata
Lavoisier dan Laplace (1780) menyatakan bahwa “life is a combustion”. Arti penting
dari pembakaran (combustion) adalah pengikatan
oksigen, penghilangan molekul CO2 serta transport gas-gas tersebut
dari dan menuju lokasi pembakaran di dalam jaringan. Pemakaian oksigen
bervariasi pada tiap organisme berdasarkan aktivitasnya. Menurut Krogh (1959)
konsumsi oksigen terbesar dipegang oleh kupu-kupu (Vanessa) dengan berat 0.3 gr yang sedang terbang yaitu sebesar
100.000 ml/(kg hr) padahal ketika diam kupu-kupu ini hanya menkonsumsi oksigen
sebesar 600ml/(kg hr) (Gordon et al., 1977).
Semua binatang membutuhkan oksigen untuk proses
metabolisme dalam sel dan hasil yang berupa karbondioksida akan dibuang.
Pertukaran gas inilah yang disebut sebagai respirasi. Beberapa hewan masih bisa
bertahan hidup selama beberapa bulan bergantung pada lemak atau makanan yang
disimpan dalam tubuh mereka, mereka juga dapat bertahan dari kekurangan air
meski dalam waktu yang lebih singkat akan tetapi hanya sedikit yang masih bisa
bertahan jika kekurangan oksigen karena hanya sedikit oksigen yang disimpan
dalam tubuh. Hewan mendapatkan oksigen dari udara di sekitarnya (Stebbins et
al., 1975).
Tak diragukan bahwa semua hewan yang ada sekarang
berasal dari hewan yang hidup di laut, suplai oksigen yang didapat berasal dari
oksigen yang terlarut dalam air. Setelah waktu yang sangat lama, beberapa hewan
mulai berpindah/beradaptasi dengan kehidupan terrestrial dan kemudian terjadilah penyesuaian pada beberapa organ
terutama organ pernapasan (Stebbins et al., 1975).
Organ respirasi eksternal pada semua vertebrata biasanya tipis dan
permukannya kaya akan pembuluh darah. Struktur dasar inilah yang memudahkan
pertukaran gas antara darah dengan lingkungan luar melalui proses difusi.
Insang pada Salamander (Necturus), selain berguna untuk
pernapasan juga berperan sebagai alat gerak. Beberapa jenis ikan dan amphibi juga
bernapas dengan kulit/integument,
akan tetapi hewan-hewan tersebut tidak bisa hanya mengandalkan integument untuk
bernapas, mereka masih membutuhkan organ respirasi yang lain seperti insang
atau paru-paru (terkecuali salamander
terrestrial yang tak memiliki
paru-paru). Insang dan paru-paru berasal dari penonjolan usus. Sirkulasi gas
biasanya dilengkapi dengan mekanisme memompa yang berirama. Air akan dilepaskan
dalam proses pertukaran gas, hal ini terjadi terutama pada hewan-hewan endoterm
(Gordon et al., 1977).
Pertukaran gas
pada vertebrata, umumnya terjadi
dalam tiga fase, yaitu bernafas (breathing), transpor gas melalui sistem
sirkulasi, dan pertukaran gas antara
kapiler darah dengan sel tubuh. Pada saat burung atau mamalia menghirup udara (inhalase), O2 akan
masuk ke dalam paru-paru, sedangkan pada saat mengeluarkan udara (exhalase), maka CO2
dikeluarkan dari paru-paru ke lingkungan luar. Tranpor gas melalui sistem
sirkulasi, dimulai dari proses difusi O2 dari paru-paru ke
kapiler darah. Oksigen kemudian dibawa oleh hemoglobin darah ke sel-sel tubuh.
Pada saat bersamaan, darah juga berperan dalam CO2 transpor dari
jaringan ke paru-paru. Fase ke tiga pertukaran gas terjadi di dalam jaringan
tubuh, dimana se-sel menerima O2 dari darah dan memberikan CO2
ke darah. Oksigen di dalam sel-sel tubuh digunakan untuk pembakaran molekul-molekul
makanan untuk mendapatkan energi, dengan proses yang disebut respirasi seluler
(Campbell et al. 1999).
Respirasi pada tiap-tiap hewan berbeda, hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan organ atau sistem respirasinya seperti permukaan tubuh, insang, paru-paru dan trakhea. Struktur dari organ-organ tersebut tampak berbeda akan tetapi secara keseluruhan fungsinya sama. Tiap organ tersebut memiliki membran yang permeable terhadap cairan sebagai tempat difusi antara O2 dengan CO2. Respirasi terdiri dari 2 tahapan yaitu respirasi eksternal (pertukaran gas antara lingkungan/udara luar dengan organ respirasi) dan respirasi internal (pertukaran gas antara cairan tubuh dengan sel-sel jaringan). Kemudian di dalam sel-sel jaringan oksigen akan digunakan dan kabondioksida akan dilepaskan, hal ini merupakan bagian dari proses metabolisme tubuh (Stebbins et al., 1975).
Menurut Stebbins et al. (1975) hewan memperoleh oksigen melalui lima cara yaitu:
- dari air atau udara yang terdapat pada cairan yang secara langsung bersentuhan dengan permukaan tubuh hewan tersebut (misalnya pada Amoeba dan cacing pipih)
- dari udara atau air melalui dinding tubuh yang tipis menuju ke pembuluh darah (pada cacing tanah)
- dari udara melalui spirakel atau dari air melalui insang trakhea menuju saluran udara dan kemudian langsung ke jaringan (pada insekta)
- dari air melalui permukaan insang langsung menuju ke pembuluh darah (pada ikan)
- dari udara melalui permukaan paru-paru yang mengandung cairan untuk kemudian menuju pembuluh darah (pada siput darat, dan vertebrata terrestrial).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (Pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah
muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap
lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung
banyak lapisan tipis (lamella). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat
pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang
merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga
merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan
02 sehingga ikan tahan pada kondisi kekurangan 02. Contoh
ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan
cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang
yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase
inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya
pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang akan diekskresikan keluar tubuh. Selain
dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu
insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya antara lain
adalah beberapa jenis salamander (Anonim, 2008).
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga
mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang
karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat
itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena
kulit (vena kutanea) kemudian dibawa
ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari
jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat
arteri kulit paru-paru (arteri pulmo
kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat
terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak
bernapas juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru
mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat
bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk-
bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru
dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Di dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut
tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) masuk lewat selaput
rongga mulut dan permukaaan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung udara di
paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi
pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding
paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme
ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam
rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan
mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar (Anonim,
2008).
Paru-paru reptilia
berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia
lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak
efektif. Pada kadal, kura-kura, dan
buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat
paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara (Anonim, 2008).
Pada burung, tempat
berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah
sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk
kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan
trakhea. Trakheanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin,vdan
bagian akhir trakhea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakhea terdapat syrinc yang pada
bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar.
Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus
yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di
bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan
dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). Parabronkus
berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga
memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9
perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (saccus pneumaticus) yang menyebar
sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan
paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas
pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen
dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada
burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal),
ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid),
ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong
udara abdominal). Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi)
disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga
tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan
kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya
sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru
dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2)
di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat
sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid
terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya,
ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan
tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru
yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada,
udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam
pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat
terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi. Bagan pernapasan pada burung di
saat hinggap adalah sebagai berikut. Burung mengisap udara, udara mengalir
lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang, bersamaan dengan itu udara
yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi-pundi hawa kemudian udara di
pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru dan udara menuju pundi-pundi hawa
depan. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai
hal, antara lain aktivitas, kesehatan, dan bobot tubuh (Anonim, 2008).
Comments
Post a Comment