Opini: COVID-19 & Reinfeksi

COVID-19 masih menjadi berita hangat saat ini, setelah kemunculannya di Wuhan akhir tahun lalu dan telah menyebar ke lebih dari 200 negara (Worldometers). Karena SARS-CoV-2 adalah virus baru, masih banyak yang belum kita ketahui tentang virus ini, misalnya tentang kemungkinan reinfeksi. 

Beberapa bulan lalu, topik ini sempat muncul ke permukaan karena adanya laporan bahwa di Korea Selatan, lebih dari 100 orang dinyatakan positif kembali setelah sebelumnya dinyatakan sembuh (2 kali PCR sampel swab menunjukkan hasil negatif). Karenanya, CDC Korea Selatan melakukan penelitian untuk mempelajari hal ini, apakah benar reinfeksi, atau reaktivasi? Pastinya sudah familiar ya dengan kedua istilah tersebut, reinfeksi berarti terinfeksi kembali setelah sempat sembuh, kalau reaktivasi, virusnya belum benar-benar hilang dari tubuh, dan akhirnya bisa aktif kembali, mungkin ketika sistem imun tubuh orang yang diinfeksi sedang melemah. Kenapa topik ini dirasa penting untuk segera dikaji? Well, kalau memang penyebabnya adalah reinfeksi, pastinya hal ini memunculkan pertanyaan, akankah vaksin efektif kalau orang bisa terinfeksi kembali?

Penelitian yang dilakukan oleh CDC Korea Selatan intinya adalah, melakukan contact tracing terhadap orang-orang yang hasil tesnya positif lagi (re-positive). Dari 447 re-positive, mereka berhasil melakukan contact tracing terhadap 285 kasus re-positive. Hasilnya menunjukkan bahwa kontak dekat dari 285 orang itu tidak ada yang ketularan dari orang-orang re-positive ini. Kesimpulan yang bisa ditarik sementara adalah, orang-orang re-positive ini tidak infeksius, jadi kemungkinan, RNA virus yang terdeteksi dengan metode PCR tersebut bukan virus hidup/aktif, bisa jadi adalah fragment/sisa dari virus yang sudah dikalahkan oleh sistem imun, tetapi belum dieliminasi. Jadi bisa dibilang bahwa studi ini menyatakan bahwa kemungkinan mereka positif lagi bukan karena reinfeksi ataupun reaktivasi. Hasil penelitian mereka bisa dibaca di sini.

Okay, itu kasus dari beberapa bulan lalu, sekarang ini, muncul lagi berita bahwa ada pasien yang benar-benar ter-reinfeksi. Beritanya bisa baca di sini. Tidak perlu saya jabarkan ya gejala saat infeksi pertama dan yang kedua, atau alur beritanya, bisa langsung dibaca di artikel tersebut, cukup komplit. Terus apakah hal ini sudah dikaji lebih lanjut? Kabarnya sih sudah, jadi mereka mempelajari sampel virus SARS-CoV-2 yang menginfeksi pertama kali dan kedua kalinya. Hasilnya menunjukkan kalau ada perbedaan genetik, tapi harusnya perbedaan genetik ini belum cukup untuk memungkinkan terjadinya reinfeksi. Jadi kesimpulan sementara para peneliti tersebut, kita (manusia) bisa tereinfeksi oleh SARS-CoV-2. Kebetulan untuk penelitian ini belum publish ya, ada link jurnal preprint-nya, tapi nggak bisa diakses kalau nggak berlangganan di jurnal tersebut. Ini ada screenshots abstrak penelitiannya.


Screenshots ini saya ambil dari salah satu video dari channel YouTube MedCram. Kalau kalian pengen tahu perkembangan terkini mengenai COVID-19 dari segi science, saya sangat sarankan untuk subscribe ke channel tersebut ya. Pembahasannya selalu up-to-date dan berdasarkan jurnal, penjelasan Dr Roger Seheult juga sangat mudah dipahami, sangat recommended pokoknya. :)

Sebenarnya, hasil penelitian ini jadi membuka banyak pertanyaan. Kalau beneran bisa reinfeksi, solusi apakah yang bisa kita ambil selain vaksinasi? Beberapa penelitian memang mendukung bahwa antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 itu banyak yang tidak bertahan lama, apalagi pada orang tanpa gejala. Kalau studi pada virus SARS-CoV (penyebab sakit SARS), IgG masih bisa terdeteksi hingga 24 bulan pasca infeksi. Kenapa imun kita terhadap SARS-CoV-2 tidak selama itu? Bagaimana dengan sel T memori? Ah entahlah, perlu studi lebih lanjut lagi, saya cuma bisa nungguin kelanjutannya. Sesuatu yang baru itu memang menarik, tapiii, ya gitu deh, bisa bahaya juga. Oh iya, saya tinggal sekitar 1 km dari jalan antarprovinsi di Jogja, belakangan ini jadi sering denger suara ambulans, lebih sering dari sebelum-sebelumnya, semoga sih, ini bukan karena ada lonjakan pasien COVID ya. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Filsafat Ilmu

Ektoparasit pada Kucing Liar

Tugas Kuliah: Northern Blotting