Peran Unsur Hara pada Tanaman
Untuk
kelangsungan hidupnya, tumbuhan memerlukan masukan dari lingkungan berupa
materi dan energi. Materi dapat dikelompokkan menjadi air dan hara
tumbuhan. Energi umumnya berupa cahaya. Semua organisme harus secara
konstan menyerap nutrisi dari lingkungannya untuk metabolisme, pertumbuhan, dan
perkembangannya. Kebutuhan nutrisi bagi tumbuhan dibedakan menjadi nutrisi
organic dan nutrisi anorganik. Nutrisi organik tumbuhan berupa senyawa karbon
hasil penyusunan karbon, hidrogen, dan oksigen melalui fotosintesis. Sementara
itu, nutrisi anorganik merupakan unsur hara mineral dari tanah. Untuk
memisahkan unsur-unsur esensiil dari unsur-unsur yang lainnya dapat dilakukan
dengan menggabungkan dua pengetahuan yaitu pengetahuan kriteria unsur
esensialitas dan pengetahuan cara
menanam pada media tanam yang bebas tanah (sistem hidroponik). Suatu
unsur dinyatakan esensiil, bila:
a.
tanpa unsur tersebut tumbuhan tidak dapat menyelesaikan siklus hidup
b.
unsur tersebut berperan langsung dalam proses metabolisme
c.
peran unsur tersebut dalam kehidupan tumbuhan tidak dapat digantikan oleh unsur
lain
Masing-masing
unsur diuji satu demi satu, dengan cara tidak dimasukkan ke dalam sistem
hidroponik. Amati pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan kriteria
unsur esensialitas dapat ditentukan suatu unsur termasuk unsur esensiil atau
bukan (non esensiil dan toksik). Kelompok unsur esensiil selanjutnya dapat
dikelompokkan lagi menjadi unsur esensiil mineral, bila keberadaan unsur
tersebut di dalam tubuh tumbuhan mayoritas berasal dari batuan bumi
(litosfer), dan unsur esensiil non-mineral, bila keberadaan unsur tersebut
di dalam tubuh tumbuhan mayoritas berasal dari bukan batuan bumi, melainkan
dari atmosfer ataupun dari hidrosfer. Berdasarkan jumlah kebutuhan, unsur
esensiil dapat dikelompokkan menjadi unsur esensiil makro (C, H, O, N, K, P,
Ca, Mg), bila dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak, dan unsur esensiil
mikro (misalnya S, Fe, Mn, Cu, Zn, Bo, Na, Mo, Al, Cl), bila dibutuhkan
dalam jumlah relatif sedikit. Unsur esensiil makro pada umumnya digunakan
sebagai unsur struktural, kecuali unsur K, sedangkan unsur esensiil mikro pada
umumnya digunakan sebagai unsur regulator maupun aktivator. Unsur yang non
esensiil dapat dikelompokkan lagi menjadi unsur fungsional, bila hadirnya
unsur tersebut dapat memperbaiki kualitas tanaman, tetapi bila tidak ada, tanaman
tetap dapat menyelesaikan siklus hidup. Ada juga unsur yang keberadaanya di
dalam tubuh tumbuhan cukup banyak, tetapi fungsinya belum diketahui. Keberadaan
unsur yang demikian disebut kelompok unsur potensial.
Untuk
mengetahui tanda kahat unsur esensiil dan letaknya, perlu mengetahui terlebih
dahulu fungsi dan sifat unsur yang dimaksud. Setiap unsur esensiil memiliki
fungsi-fungsi tertentu. Contoh, unsur nitrogen antara lain berfungsi untuk membentuk
klorofil dan protein. Dari fungsi-fungsi yang demikian tanda kahatnya tentu
berkaitan dengan peran dan kadar klorofil serta peran dan kadar protein. Misalnya
kekurangan nitrogen menyebabkan kadar klorofil rendah (klorosis) dan pertumbuhan
terhambat (karena pembentukan protoplasma terhambat). Jadi kekurangan nitrogen
salah satu tandanya adalah timbul klorosis dan pertumbuhan terhambat. Dimana
letak tanda kahat ini akan muncul? Untuk manjawab pertanyaan ini perlu
diketahui dulu sifat unsur esensiil. Setiap unsur esensiil memiliki sifat
tertentu apakah mobile (mudah berpindah tempat) ataukah immobile (sulit
berpindah tempat). Bagi unsur yang bersifat mobil, tanda kahat akan muncul pada
jaringan/organ yang sudah tua, sedangkan yang immobil, tanda kahat akan muncul
pada jaringan/organ muda. Dari fungsi dan sifat unsur nitrogen tersebut di
atas, dapat ditentukan bahwa salah satu tanda kahat unsur nitrogen
adalah klorosis pada daun tua.
Nitrogen
(N) merupakan makronutrien yang memiliki fungsi untuk merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu
sendiri, berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta
merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang
kekurangan unsur N gejalanya pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan,
daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati. Jika
terjadi kelebihan unsur N maka akan terjadi kelebihan pertumbuhan vegetatif,
pembungaan dan pembuahan yang terlambat.
Phospat
(P) berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman,
merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang
pembentukan biji serta merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar sel-sel
jaringan. Tanaman yang kekurangan unsur P gejalanya pembentukan buah dan biji melambat,
kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat). Kelebihan unsur P
akan menyebabkan kematangan buah yang terlalu cepat dan menimbulkan kekurangan
unsur-unsur lain seperti K, Fe dan Zn.
Kalium
(K) berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim
dan mineral termasuk air serta meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman
terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya batang dan daun
menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan
sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun. Kelebihan
unsur ini akan menyebabkan kurangnya penyerapan unsur lain seperti Ca, Mg dan
mungkin Mn.
Besi
(Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+)
ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan
logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (MgFe)2SiO,
pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi
dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk
khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang
lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau
sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan
penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe.
Dengan demikian pemupukan lewat daun diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi
Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperan dalam
perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin.
Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
a. Catalase : H2O + H2O O2
+ 2H2O
b. Peroksidase : AH2 + H2O
A + H2O
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam
proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase
solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabkan terhambatnya pembentukan
klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi
Fe menyebabkan kenaikan kadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom
secara drastis. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh
kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.
Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro
lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan
Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau
beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan
terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama
pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3)
dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer,
terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses
pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama
pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah
berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau
mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan
pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap
valensi Mn.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase,
sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai aktivator bagi sejumlah enzim
utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal
dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Gejala defisiensi
unsur Mn antara lain pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada
daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang
lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan
garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman
lupin.
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam
tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di
samping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti
unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar
antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm.
Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S],
smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan
ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain pengaktif enim anolase, aldolase,
asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin
deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase,
proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan
sel dan ruas batang.
Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang
berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH
tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah
berkapur.
Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang
memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun
muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin
dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA
(Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine
penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir
semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman
dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk
senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S),
kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4),
luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(CuFe)12SO4S3)],
kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3],
adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh
plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan
masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda
klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,
askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam
metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman
generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.
Adapun gejala defisiensi/kekurangan Cu antara lain: pembungaan dan pembuahan
terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk
mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
Molibdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara
titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain
toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak
berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering
sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung
yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O.
Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut
atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun
demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo
dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo
dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III)
oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase,
nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo
hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan
tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala
defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering
kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat,
maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih
dominan.
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BoO3)
dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion
borat hidrat Bo(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya
sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari
larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain
itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak
terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan
Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung
boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BoO)2Si4O2)O20
yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan
sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron
adalah kernit (Na2Bo4O7.4H2O),
kolamit (Ca2Bo6O11.5H2O), uleksit
(NaCaBo5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat
kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 +
Fe2O3).
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme
asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga
berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas
membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara
lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati
pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan,
mudah terserang penyakit.
Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar
tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas
tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat
tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm
dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh
mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl
sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan
menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman.
Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah
kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk
tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan
dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen.
Unsur
hara yang dapat diserap oleh tumbuhan adalah unsur hara yang terlarut maupun
yang dapat ditukar. Pembahasan penyerapan unsur hara, lebih
banyakditekankan pada masuknya unsur hara ke dalam sel. Sel yang aktif untuk
menyerap unsur hara adalah sel-sel meristematis yang terletak diujung
akar, disini ada sedikit perbedaan dengan sel-sel yang aktif untuk
menyerap air (bulu akar). Berdasarkan tenaga yang digunakan, penyerapan
unsur hara dapat bersifat aktif, bila menggunakan tenaga hasil
metabolisme (ATP) maupun bersifat pasif, bila menggunakan tenaga selain yang
berasal dari hasil metabolisme (ATP). Penyerapan unsur hara yang secara pasif
antara lain dapat dijelaskan dengan menggunakan teori: difusi, pertukaran ion
baik yang kontak langsung maupun yang melalui perantara, arus massa, dan
kesetimbangan Donnan (Gambar II.1). Sedangkan penyerapan unsur hara yang secara
aktif, dapat dijelaskan dengan teori karier maupun teori pompa sitokrom.
Penyerapan unsur hara pada dasarnya mirip dengan penyerapan air, tetapi karena
unsur hara banyak yang diserap dalam bentuk ion (bermuatan), maupun banyak
bentuk dan ukuran, maka dalam penyerapan unsur hara sering terjadi peristiwa
antagonistik maupun sinergistik.
Penyerapan
ion dari larutan tanah ke sitoplasma terjadi melalui ikatan ion dengan binding
site pada senyawa pembawa yang terdapat pada permukaan membran plasma. Kompetisi
antar ion terjadi apabila hanya ada satu binding site untuk beberapa
jenis ion. Kompetisi antar ion antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi ion.
Bertambah besar konsentrasi salah satu ion akan meningkatkan kompetisi ion
tersebut untuk mendapatkan binding site. Penyerapan beberapa jenis ion
terhambat oleh ion lain yang tidak bersifat kompetitif dan bersifat efektif
pada konsentrasi ion yang sangat rendah. Hambatan ini disebut antagonisme.
Contoh antagonisme adalah antara ion Ca2+ dan K+. Mekanisme antagonisme ion
belum diketahui tetapi diduga berkaitan dengan membran plasma dan konsentrasi
ion.
Penyerapan
unsur hara pada dasarnya mirip dengan penyerapan air, tetapi karena unsur hara
banyak diserap dalam bentuk ion (bermuatan) serta banyak bentuk dan ukuran,
maka dalam penyerapan unsur hara sering terjadi peristiwa antagonistic ataupun
sinergistik. Sel yang aktif untuk menyerap unsur hara adalah sel-sel meristematis
yang terletak di ujung akar. Ada sedikit perbedaan dengan sel sel yang aktif
untuk menyerap air.
Setelah
unsur hara masuk ke dalam sel-sel meristem ujung akar, kemudian akan ditranspor
ke seluruh sel penyusun tubuh yang memerlukan. Dalam transpornya, unsur hara
harus dalam keadaan terlarut di dalam air. Di dalam akar ion akan bergerak dari
korteks ke stele melalui dua cara yaitu melewati dinding sel dan ruang
ekstraselular (antarsel) yang disebut apoplas dan bergerak dari sel-sel
(pengangkutan melewati plasma sel) yang disebut simplas. Ion-ion dalam
konsentrasi tinggi cenderung bergerak cepat dengan cara apoplas kemudian
melewati endoderm dan masuk aliran transpirasi xilem. Transpor ke apoplas
terhalang oleh adanya penebalan suberin (membentuk pita kaspari) pada dinding
endoderm sehingga endodermis menjadi tidak permeable terhadap pergerakan air.
Oleh karena itu, transpor larutan dari korteks ke stele terjadi secara simplas
(melalui sel-sel endodermis). Di daerah penebalan ini terdapat daerah yang
bocor (leaky) yang biasanya ditemukan pada daerah meristem apikal yang
terjadi diferensiasi dari beberapa tipe sel yang belum sempurna.
Dalam
penyerapan unsur hara banyak faktor yang mempengaruhi. Beberapa di antaranya
adalah:
a.
Temperatur, semakin meningkat temperatur sampai titik optimal, semakin cepat penyerapan
unsur hara, sebab dengan meningkatnya temperatur metabolism meningkat sehingga
ketersediaan tenaga semakin banyak. Akibatnya penyerapan aktif semakin
meningkat. Meningkatnya temperatur juga akan meningkatkan tenaga kinetik
unsur-unsur. Akibatnya penyerapan pasif juga meningkat.
b.
Cahaya, akan meningkatkan laju fotosintesis, sehingga ketersediaan substrat respirasi
meningkat. Akibatnya ketersediaan tenaga semakin banyak, sehingga penyerapna
aktif meningkat.
c.
Aerasi, adanya aerasi yang baik, metabolisme berjalan baik. Akibatnya ketersediaan
tenaga semakin banyak, sehingga penyerapan aktif meningkat.
d.
Keasaman (pH), ketersediaan unsur-unsur di dalam tanah sangat tergantung pada
pH tertentu. Contoh: pada pH basa, ketersediaan P sangat rendah, sehingga
penyerapan P lambat.
e.
Interaksi antar ion, bila interaksi antar ion bersifat sinergis, maka dengan terserapnya
ion yang satu akan mempercepat penyerapan ion yang lain. Sebaliknya bila
interaksi antar ion bersifat antagonis, maka dengan terserapnya ion yang satu
akan menghambat penyerapan ion yang lain.
f.
Pertumbuhan, semakin cepat pertumbuhan akan semakin cepat penyerapan unsur
hara. Hal ini dikarenakan untuk membentuk protoplasma baru diperlukan unsur-unsur
dari luar.
Comments
Post a Comment